IKADI: Pertarungan Informasi Pertarungan Abadi

edit-forjim-ikadiJAKARTA (forjim) – Pertarungan abadi sejak dulu hingga sekarang adakah pertarungan informasi. Dengan informasi, siapapun bisa menjatuhkan lawan. Bahkan, orang kafir menjadikan informasi sebagai senjata.
“Ketika itu orang kafir menistakan Nabi Saw dengan sebutan majenun (gila), tukang sihir, dan berbagai stigma buruk lainnya. Melalui informasi yang negatif, mereka ingin menghancurkan Islam.”

Demikian dikatakan Prof. Dr. KH. Ahmad Satori Ismail, Ketua Umum Ikatan Dai Indonesia (IKADI) saat menerima Forum Jurnalis Muslim (Forjim) di Kantor IKADI, Jalan Bambu Jakarta Timur, Rabu (2/10) siang.

Mengutip ayat suci Al Qur’an, Allah mengingatkan: “Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahayanya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai.” (QS. At Taubah 32).

Orang-orang kafir dari kalangan orang-orang musyrik dan ahli kitab, ingin memadamkan cahaya Islam dan syari’at Nabi Muhammad Saw dengan mulut-mulut mereka yang hina.

KH. Ahmad Satori menyegarkan ingatan kembali, dengan informasi, negara Islam dihancurkan. Sebagai contoh, kasus Irak. Amerika Serikat memberi informasi bohong, Irak memiliki senjata nuklir, padahal tidak. Untuk mendapat keuntungan, AS lalu mengadu domba, antara Irak dengan Kuwait untuk saling bertempur.

“Perang informasi diabad ini bisa menghancurkan rezim yang berkuasa. Itulah sebabnya, pertarungan yang abadi adalah pertarungan informasi,” ungkap KH. Ahmad Satori yang juga anggota Baznas anggota Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Pusat.

Lebih lanjut, KH. Ahmad Satori, menyambut baik kehadiran Forjim yang diharapkan dapat menyampaikan kabar atau berita yang baik dan benar. Peran jurnalis muslim adalah meluruskan yang salah dan mengokohkan yang benar.
“Ketika menyampaikan berita, Jurnalis muslim selalu cek and ricek, tabayun. Jika tidak, akan terjadi musibah yang besar. Di era sekarang ini, hati-hati dengan informasi, jika tidak diteliti, akan berdampak besar, tandasnya.

Aspek terpenting yang harus dimiliki jurnalis muslim adalah kejujuran. Dalam artian jujur dalam menyampaikan kabar atau berita. Selain itu, berita yang disampaikan jangan hal-hal yang bersifat ghibah, namimah, yang ujungnya bisa menyebakan porak poranda.

Menurut KH. Ahmad satori, dalam Islam tidak membenarkan semboyan pembawa berita “Bad News is a Good News”. Karena, tak ada gunanya mengumbar aib orang lain, yang menyebabkan dirinya tidak senang aibnya di buka di depan umum.

“Jurnalis muslim harus memberikan informasi yang membuat umat jauh dari kemaksiatan, dan mengajak orang lain untuk melakukan kebaikan dan mendekatkan diri kepada Allah. Jurnalis muslim yang memberikan pengaruh positif untuk masyarajat, mendapatkan pahala yang berlipat ganda.”

Selanjutnya, pesan KH. Ahmad Satori, jurnalis muslim sebaiknya tidak menggunakan bahasa yang vulgar ketika memberitakan, baik dalam memberi judul maupun kontennya. “Buatlah kalimat yang santun, namun tetap disukai pembaca,” tandasnya. [F-01]

Check Also

Peneliti Amnesty Usul Pembentukan Tim Investigasi Independen Internasional ke Xinjiang

FORJIM| Jakarta – Pemerintah Indonesia diharap mengambil peran strategis dalam menangani pelanggaran HAM terhadap Muslim …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.